ANALISIS "DEEP STRUCTURE" BUDAYA YASINAN DALAM PERSPEKTIF KEAGAMAAN


DISUSUN SEBAGAI UJIAN TENGAH SEMESTER ( UTS) VI

MATA KULIAH METODOLOGI STUDI ISLAM (MSI)

Agus Munandar

(07.0100.033/Angkatan 2007)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SWASTAMANDIRI

SURAKARTA

2009

Daftar isi

Latar belakang........................................................................................................ i

Pendahuluan........................................................................................................... 1

Rumusan Masalah................................................................................................... 5

Pembatasan Masalah............................................................................................... 5

Contribution of knowledge...................................................................................... 6

Kajian sebelumnya.................................................................................................. 6

Metodologi penelitian............................................................................................. 7

Sumber bacaan ( Daftar Pustaka)........................................................................... 8

I. Latar Belakang

Kemajuan peradaban dan kebudayaan manusia telah menghasilkan beraneka penemuan dalam berbagai dimensi keilmuan. Berbagai hasil eksperimen tersebut telah berdaya guna untuk menghadapi tantangan alam agar manusia mampu mempertahankan eksistensi dan keberlangsungannya. Kebudayaan adalah semua hasil, karya, rasa, dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat ( Hakim dan Mubarok, 1999)

Selain itu, sebagian ilmuwan memberikan pengertian tentang kebudayaan mencakup metode hidup yang khas ( الطرقة المعاينة في العش ) baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan sebagainya. Bahkan kebudayaan berarti sebagai pandangan hidup yang khas (مفاهم عن الحياة). Oleh karena itu, sebagian pemikir muslim mendefinisikan kebudayaan sekumpulan pandagan hidup yang khas (Al-Qashash, 1996 dalam Shidiq, 2007).

Yasinan merupakan hasil akulturasi yang berkaitan erat dengan nilai-nilai religi. Oleh karena itu, Mereka berkeyakinan kuat bahwa amalan yang dilestarikan tersebut (Yasinan) merupakan bagian dari Islam dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam. Mereka melandaskan argumennya pada sabda Nabi:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:”مَنْ قَرَأَ يس فِي يَوْمٍ أَوْ لَيْلَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللَّهِ غُفِرَ لَهُ

Dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Barang siapa yang membaca surat Yasin malam hari atau siang, dengan mengharapkan keridhaan Allah, maka dia akan diampuni.” (HR. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir, 19/62/145).

Budaya Yasinan merupakan salah satu hasil karya dan cipta manusia yang telah tertransformasi sebagai pandangan hidup. Oleh karena itu, mereka selaksa memiliki kewajiban untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan budaya tersebut. Maka tidak aneh jika para pengikut setia jamaah Yasinan berolah kata dan mengemas perilaku (dakwah), agar budaya Yasinan tetap eksis. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh M. Luthfi Thamafi dalam "mari beristiqomah dengan budaya yang baik" bahwa membela budaya Yasinan, misalnya, melalui berbagai tulisan, atau ceramah, memang bagus, tapi lebih bagus lagi jika kita secara konsisten mempraktekkan budaya itu. Mati tidaknya tradisi Yasinan bukan diakibatkan oleh tulisan atau ceramah orang-orang Wahabi, melainkan oleh diri kita sendiri melalui konsistensi mengamalkannya.

Di lain sisi, budaya Yasinan mendapatkan kontra argumen dari orang-orang yang menganggap bahwa budaya Yasinan adalah bagian dari bid'ah yang mengotori dan mencemari Islam, serta bagian dari amalan yang tertolak keberadaanya dalam ajaran Islam yang lurus. Bahkan apabila dikaitkan dengan waktu malam Jum’at, maka ada larangan khusus dari Rosululloh shollalohu’alaihi wa sallam yakni seperti yang termaktub dalam sabdanya,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَخْتَصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِي وَلَا تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الْأَيَّامِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ فِي صَوْمٍ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ

المسلم : 5/ 495ر1930

“Dari Abu Hurairah R.A, dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Janganlah kalian khususkan malam Jum'at untuk tahajjud dan jangan mengkhususkan siangnya dengan puasa, kecuali bila puasa itu bagian dari rangkaian puasa yang ia kerjakan.” (HR. Muslim). Bukankah lebih baik beribadah sedikit namun ada dalilnya dan istiqomah mengerjakannya dibanding banyak beribadah tapi sia-sia? Rosululloh shollallohu’alaihi wa sallam bersabda,

أخبرت عَائِشَةُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

المسلم : 9/ 119ر3243

“Aisyah mengabarkan bahwa Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang beramal yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka ia tertolak.” (HR. Muslim). Semoga Alloh subhanahu wa ta’ala melindungi kita semua dari hal-hal yang menjerumuskan kita ke dalam kebinasaan (Yamin, 2008).

Selain itu, Budaya sosial Yasinan telah mendapatkan berjuta simpatisan sebagaimana disebutkan dalam sebuah milis terapi_ruqyah bahwa kebanyakan kaum muslimin NU "Nahdlatul Ulama" di mana-mana sering membaca Yaasiin, seolah-olah anjuran Nabi Muhammad untuk membaca Al-Qur'an dimaksudkan adalah surat yaasiin, sepertinya Al-Qur'an itu isinya hanyalah surat yaasiin saja. Hal ini dikarenakan seringnya kita mendengar kaum muslimin dan muslimat membaca yaasiin dirumah-rumah, di majelis-majelis ta'lim, dimasjid-masjid, disekolah, dipondok-pondok dan bahkan sering pula kita dengar dibacakan untuk orang-orang yang sedang naza' (akan mati) serta dibacakan di pemakaman kaum muslimin. Dari sisi Al-Qur'an yang terdiri dari 114 surat hanya surat yaasiin saja yang sepertinya banyak dibaca oleh kaum muslimin.

Jika kita melihat data statistik terakhir Nahdhotul Ulama' yang diperoleh dari situs resmi organisasi tersebut, data terakhir yang tertera yakni pada tahun 2000 adalah sebagai berikut:

ü 31 Pengurus Wilayah

ü 339 Pengurus Cabang

ü 12 Pengurus Cabang Istimewa

ü 2.630 Majelis Wakil Cabang

ü 37.125 Pengurus Ranting

Jika kita mengasumsikan bahwa setiap ranting terdiri dari 1.000 pengikut saja, maka dapat diketahui total warga Nahdhotul 'ulama dengan perhitungan yakni 37.125.000 orang.

Berlatar belakang dari statistik masyarakat yang memegang keyakinan bahwa amalan Yasinan merupakan bagian dari agama, padahal Yasinan telah mendapat kecaman keras sebagai budaya yang tertolak keberadaannya sebagai bagian dari agama. Maka penelitian tentang faktor yang mendasari tercetusnya amalan Yasinan (Deep structure) merupakan studi yang berdaya guna dan menarik untuk dikaji.

II. Rumusan Masalah

Penelitian merupakan piranti untuk mengungkap faktor-faktor yang bekerja dominan sehingga para pelaku Yasinan berjuang mempertahankan eksistensi kebudayaan tersebut. Selain itu, studi komunal ini mengungkap beberapa dalil yang digunakan sebagai argumen diperbolehkan Yasinan sehingga dijadikan dalih oleh mereka untuk mempertahankan kebenaran pandangan yang telah tertanam kokoh dalam benak mereka.

III. Batasan Masalah

Permasalahan yang yang dieksplorasi dalam penelitian dibatasi pada faktor-faktor yang melandasi (hujah) budaya Yasinan. Untuk menopang keakuratan dan penilaian terhadap budaya tersebut dengan kaca mata agama. Maka, kami melakukan analisis dalil/ hujah yang digunakan sebagai pembenaran atas tradisi yang telah berkembang dan eksis sejak bertahun-tahun silam tersebut.

IV. Metode penelitian

Penelitian dalam bidang agama memiliki beberapa perangkat metodologi. Namun, Metode ilmiah yang diaplikasikan dalam penelitian kultural ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi partisipatif

Dengan berpartisipasi dalam kelompok, peneliti dapat mengobservasi perilaku orang-orang dalam konteks religious. Orang yang diobservasi boleh mengetahui bahwa dirinya sedang diobservasi atau secara diam-diam. Di antara kelebihan penelitian ini adalah memungkinkannya pengamatan simbolik antar anggota kelompok secara mendalam ( Hakim dan Mubarok, 1999).

Berlandaskan metode observasi partisipatif, peneliti mengenai deep structure yang mendasari budaya Yasinan akan melakukan interview langsung kepada sampel yang telah ditentukan serta mengobservasi para pelaku dalam mengamalkan adat Yasinan.

2. Analisis isi

Dengan metode ini, peneliti mencoba mencari keterangan dari tema-tema agama, baik berupa tulisan, buku-buku khotbah, doktrin maupun deklarasi teks, dan yang lainnya. Umpamanya sekelompok keagamaan dianalisis dari substansi ajaran kelompok tersebut (Djamari, 1993 dalam Hakim dan Mubarok, 1999).

Analisis ini diimplementasikan sebagai metode untuk menelaah berbagai dalil yang digunakan oleh para jamaah Yasinan. Berbagai hujah yang dipertahankan dan melandasi keyakinan mereka sehingga Yasinan dianggap sebuah tradisi yang harus dipertahankan dan harus tetap eksis di setiap zaman.

V. Contribution of Knowledge

Penelitian ini yang bersifat observasi kemasyarakatan dan analisis deep structure yang diharapkan hasil studinya mampu menyumbangkan pada dunia pengetahuan berupa factor-faktor yang melandasi budaya religi tersebut. Sehingga penelitian ini dapat mengungkap apakah ada keterkaitan antara budaya Yasinan terhadap tingkat pemahaman agama. Nurcholis majid telah menjelaskan bahwa ada keterkaitan antara agama dan budaya. Menurutnya, agama dan budaya tidak dapat dipisahkan. Budaya merupakan ekspresi hidup keagamaan, karena ia sub ordinat terhadap agama, dan tidak pernah sebaliknya (Nurkholis Majid dalam Yustion dkk dalam Hakim dan Mubarok, 1999)

VI. Kajian Sebelumnya

Studi yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah penelitian tentang dalil-dalil yang dijadikan dasar oleh para pengikut Yasinan. Namun, studi tersebut belum memasuki area faktor-faktor yang melandasi terlahirnya budaya Yasinan (Deep Structure). Oleh karena itu, studi yang hendak kami laksanakan berusaha mengungkap tabir permukaan budaya tersebut mengeksplorasi faktor yang mengilhami tercetusnya budaya Yasinan.

Dalam islam, tauhid mempunyai kekuatan membentuk struktur yang paling dalam. Sesudah itu ada deep structure, yaitu akidah, ibadah, akhlak, syari'ah dan muamalah. Di permukaan, yang diamati, berturut-turut akan tampak keyakinan, shalat/ puasa dan sebagainya, moral/ etika, perilaku normative, dan perilaku sehari-hari ( Kuntowijoyo, 2007)

Tema yang direkomendasikan oleh peneliti untuk studi selanjutnya yakni analisis historis budaya Yasinan. Perihal sejarah tradisi tersebut belum terungkap dalam penelitian ini dikarenakan studi ini memusatkan pada faktor-faktor internal yang mencetuskan tradisi Yasinan.

VII. Daftar Pustaka.

Al jawi, Shidiq. 2007. The house of khilafah 1924,----------------------------

Hakim dan mubarok. 1999. Metodologi studi islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Kuntowijoyo. 2007. Islam sebagai Ilmu, Yogyakarta: Tiara Wacana.

http://tech.groups.yahoo.com/group/terapi_ruqyah/message/4108?var= http://muslim.or.id/manhaj/Yasinan-bidah-yang-dianggap-sunnah.html

http://www.nu.or.id

و الله أعلم بالصّواب